Perempun adalah Kunci



Pernah dengar istilah “Perempuan adalah tiang negara?” Yang apabila perempuan itu baik maka baik pula negaranya, dan apabila perempuan itu rusak maka rusak pula negaranya. 

Mengikuti acara Gathering Serempak Three Ends Fun Walk 2016 yang diadakan di CFD Jakarta pada 20 Desember lalu, lagi-lagi membuka mata saya tentang peran penting seorang perempuan. Sayangnya, di tengah peran pentingnya itu, perempuan masih saja jadi sasaran kekerasan dan ketidak adilan. 


Untuk itulah acara kemarin diadakan. Acara ini merupakan bentuk kepedulian terhadap pemberdayaan perempuan dan anak. Untuk mengedukasi masyarakat tentang kekerasan yang dialami perempuan dan anak-anaknya. Serta bagaimana menghentikan dan membantu para korban.

Kegiatan yang diprakarsai oleh Serempak.id ini didukung oleh IWITA (Indonesian Women IT Awareness), Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak serta PPLIPI (Perhimpunan Perempuan Lintas Profesi Indonesia). 

Oya, tidak hanya Funwalk, disini kami berkesempatan  Mengikuti Talkshow Pemberdayaan Perempuan, serta Ikut partisipasi dalam anti kekerasan pada Perempuan dan Anak.
Benar saja, sampai di lokasi yang ditentukan sebagai titik kumpul, saya langsung bergabung dengan teman-teman yang kebanyakan merupakan blogger, dan semuanya terlihat sangat antusias menyimak apa yang disampaikan oleh narasumber 

Adapun narasumber kali ini adalah Martha Simanjuntak SE.MM Dian, Wisdianawati, M.Si, Ani Berta, Ratna Susuanawati, SH. MH, dan Ina Rachman, SH. MH


***

Permasalahan ekonomi sering jadi pemicu yang menyebabkan masalah di Indonesia. Keterbatasan ekonomi tak jarang jadi pemicu terjadinya kekerasan pada perempuan dan anak, bahkan hingga terjadi jual beli anak dan perempuan. Pun untuk terlepas dari jerat perekonomian dan kekerasan yang dilakukan oleh pasangannya, perempuan banyak yang memilih bekerja di luar rumah tanpa kenal waktu, atau bahkan ke luar negeri menjadi TKI. Bukan berarti menjadi seorang TKI dan wanita pekerja itu buruk, hanya saja seorang anak mempunya kebutuhan khusus untuk berada dekat dalam depan ibunya. Apalagi jika itu masih balita atau bahkan masih bayi merah. Padahal sejatinya seorang ibu adalah tulang rusuk, bukan tulang punggung. 


Selain berpotensi mendapat kekerasan dari pasangannya, seorang perempuan dan anak berpotensi mendapat kekerasan dari lingkungan sekitarnya. Mirisnya, kadang karena ketidak tahuan dan tidak adanya pendampingan membuat para korban kekerasan memilih diam. Atau jika pun mereka melapor, tak sedikit yang menarik kembali laporannya. Kadang proses hukum yang lama dan berbelit, pun untuk mendapatkan visum butuh biaya yang bagi mereka tidak sedikit. 


Karenanya digalakkan program 3 Ends. Yang intinya adalah pendampingan dan pengedukasian terhadap masyarakat. Masyarakat perlu diedukasi mengenai kekerasan macam apa yang seharusnya tidak boleh didiamkan, dan apabila mereka mengalami kekerasan mereka harus berani dan tahu bagaimana cara mengatasi, baik melaporkan atau hal-hal terkait untuk membela kepentingannya. Untuk perlindungan, sudah ada P2TP2A (Perlindungan Pusat Tempat Perlindungan Perempuan dan Anak) Sudah semakin di dayakan dan sudah tersebar di berbagai provinsi dan kota.



3Ends merupakan kependekan dari ( 3 hal yang harus diakhiri). 3Ends bertujuan untuk mewujudkan negara yang ramah kepada perempuan dan anak-anak, kaum yang selama ini rentan dari isu-isu, kejahatan, kesetaraan gender, korban budaya yang misoginis.



3Ends dari KPPPA bertujuan untuk:

Mengakhiri kekerasan pada perempuan dan anak
Menghentikan perdagangan manusia
Menepis kesenjangan antara perempuan dan laki-laki


Suksesnya 3 Ends ini apabila ada sinergi dari berbagai kalangan. Baik lembaga swasta, lembaga negara, pegiat media sosial dan blogger maupun masyarakat itu sendiri. Jadi, kalau teman-teman melihat adanya kekerasan di lingkungannya masing-masing, jangan segan untuk melaporkan dan mendampingi korban, ya. Sebab pendampingan terhadap korban mutlak dibutuhkan. 


Tidak ada komentar

Harap tinggalkan komentar yang relevan ya teman-teman^^