Jika Tak Mungkin Saling Sapa, Cukup Saling Memperhatikan Dari Jauh

Hai Kamu

Padamu, Kawan. Sungguh terkadang ada begitu banyak hal yang tak kumengerti. Seandainya aku tak punya hati, aku ingin mengabaikan segala hal yang membuatku tak mengerti itu. Dan semisal aku pendek akal, kutinggalkan segalanya tanpa pernah menengok ke belakang. Tak pernah aku sudi menghabiskan waktu, tenaga dan pikiran untuk memikir ulang apa dan mengapa semua itu terjadi. 


Aduhai, Kawan. Sayangnya aku tak begitu. Aku menghabiskan waktu untuk berpikir ulang lagi dan  lagi. Seumpama aku terjatuh dalam kubangan, tak dapat bangkit, kian tersuruk. Membuat mati kutu. Dan kini aku mulai lelah.

Semakin aku tak mengerti maka semakin aku ingin tahu. Dan semakin aku ingin tahu, tiba-tiba semuanya terasa tak masuk akal, lalu aku berakhir di pojokan. Semakin tak mengerti. Bukannya aku tak bisa meminta penjelasan, sebab percuma, penjelasanmu justru membuatku bertambah tak mengerti. Muak sebab kemunafikan yang terbaca jelas.

Maka dengarkanlah. Aku kini melangkah, dan semoga tak pernah goyah.
Pesanku padamu, apapun masalah dan isi hatimu terhadapku, jangan biarkan ia menghalangi langkahmu. Jangan biarkan ia menghalangi segala potensi yang ada pada dirimu. Apapun yang ingin kamu lakukan, lakukanlah! Jangan pernah memikirkan aku. Jangan biarkan bayang-bayangku membatasi segala gerak langkah, letupan harap, serta segala gelora mimpimu.

Demikian juga aku. Takkan kubiarkan bayang-banyangmu membatasi segala gerakku. Bukan. Bukan aku berpaling. Pun bukan aku tak lagi peduli tentang masa lalu jalinan yang pernah ada, atau kemungkinan masihkah ada harap untuk jalinan itu di masa depan. Hanya saja, akan kubiarkan semua itu ditentukan oleh waktu. Bukankah waktu merupakan salah satu penyembuh luka meski penyebab luka itu akan selalu terkenang. Tentangmu, akan kusimpan rapat dalam sebuah ruang. Ruang khusus untukmu dengan segala kemunafikanmu. 

Sederhananya, jalan ninja kita berbeda. Setiap kita terlahir dengan jalan cerita masing-masing. Karena sudah pasti.

Jika ada hal yang aku beci dari dirimu ialah kemunafikanmu. Jika nyatanya hatimu hancur dan sakit, maaf tak ada bela sungkawa untukmu, aku justeru ingin tertawa sepuasnya. Bukannya tak punya hati, toh selama ini aku berusaha menahan diri. Sederhananya, agar kau segera sadar dan mengakui kemunafikanmu. Lalu silahkan menangis sepuasnya. Di dunia ini tak ada yang bisa dicapai dan diselesaikan oleh hati-hati yang dipenuhi kemunafikan. 

Untukmu, kawan. Semoga bahagia menyertaimu. Kita tak perlu bertegur sapa jika itu terlalu menyakitkan. Cukup saling memperhatikan. Dari jauh.

3 komentar

Harap tinggalkan komentar yang relevan ya teman-teman^^