[Resensi Bebas] Rembulan Tenggelam di Wajahmu by Tere Liye




Tutup mata kita. Tutup pikiran kita dari carut-marut kehidupan. Mari berpikir takjim sejenak. Bayangkan saat ini ada satu malaikat bersayap indah dating kepada kita, lantas berkata: “Aku memberikan kau kesempatan hebat. Lima kesempatan untuk bertanya tentsng rahasia kehidupan, dan aku akan menjawabnya langsung sekarang. Lima pertanyaan. Lima jawaban. Apakah pertanyaan pertamamu?”


Maka apakah kita akan bertanya : Apakah cinta itu? Apakah hidup ini adil? Apakah kaya adalah segalanya?apakah kita punya pilihan dalam hidup? Apakah makna kehilangan?


Ray (tokoh utama kisah ini), ternyata memiliki kecamuk pertanyaan sendiri. Lima pertanyaan sebelum akhirnya dia mengerti makna hidup dan kehidupannya.


Siapkan energi anda untuk memasuki dunia “fantasi” tere-liye tentang perjalanan hidup. Disini hanya ada satu rumus: semua urusan adalah sederhana.


**




Begitulah isi sinopsis singkat yang disematkan dibelakang sampul buku Rembulan Tenggelam di Wajahmu.


Awalnya saya kira buku ini selain banyak bercerita tentang si tokoh utama  (Ray),akan banyak menguak kisah tentang Rinai sebagaimana diulas diawal cerita. Tapi  saya terkecoh. Sebab Rinai hanya dimunculkan kembali diakhir cerita. Singkatnya Rinai jadi pembuka sekaligus penutup cerita.


Wajar karena bukan tokoh Rinai yang jadi tujuan buku ini. Ditengah cerita muncul tokoh sosok wanita yang sangat dicintai Raihan,namanya Fitri. Lagi-lagi saya kira dia perwujudan Rinai kecil yang telah berganti nama.


Hal ini menunjukkan bahwa cerita tidak segampang itu ditebak.


Sederhana. Itulah ciri khas buku tere-liye sejauh yang saya tahu dari beberapa karyanya.
sederhana tapi dalam, itulah titik tertinggi dalam setiap karyanya.


Tema yang diangkat merupakan tema-tema yang ringan,namun dia kemas sedemikian rupa.


Begitu banyak pembelajaran serta banyak hikmah yang diselipkan dalam setiap karyanya. Sehingga tidak terkesan menggurui,tidak terkesan merendahkan,tidak terkesan menyinggung dan tidak terkesan sok tahu juga tidak terkesan sok suci sebagaimana anggapan Raihan terhadap pengurus panti tempat dia dibesarkan selama 16 tahun.


Sangat sederhana, sesederhana hidup ini. Anggap hidup ini sederhana agar kau tidak menghadirkan atau malah dikuasai pertanyaan-pertanyaan rumit yang membuatmu takkan pernah puas atas apa yang telah kau capai.


Sederhana. Anggap hidup ini sederhana agar setiap masalah yang kau hadapi terlihat sederhana dan penyelesaiannya cukup dengan hal sederhana.


Hmmm… saya agak iri dengan tokoh fitri. Apa lagi yang diharapkan seorang wanita selain seorang suami seperti Ray. Suami yang menganggap istrinya adalah segalanya,melakukan segalanya demi istri yang sangat dicintai, tak sanggup berpaling dengan wanita lain meski ia telah tiada. Tapi kasihan juga dengan Pak Ray. Dia kesepian meski,katakanlah, dunia digenggamannya.


Dan salut dengan kesetiaan si Jo. Rela melepas kesempatan menikah, padahal sulit baginya untuk dekat dengan wanita yang ia taksir. Meski ia ahli dalam cinta, tapi keahliannya sebatas pengarahan untuk orang lain. Sebagaimana ia jadi juru nasihat untuk perkembangan hubungan Ray dan Fitri.


Mengabdikan hidupnya demi seseorang yang tidak ada hubungan darah dengannya. Seseorang yang dia hormati,dan mungkin dia kagumi.


Ray, seseorang yang mampu  mencapai puncak tertinggi tanpa pendidikan formal. Seseorang yang kemudian pandai menangkap peluang. Seseorang yang pantang menyerah namun sayangnya tak punya tujuan hidup.


Sebab hidup adalah sederhana.



Tidak ada komentar

Harap tinggalkan komentar yang relevan ya teman-teman^^