Indonesia Tanpa Diskriminasi

 

Tergelitik atas salah satu pertanyaan di twitter @DennyJA_WORLD. Pertanyaannya "Menurut kalian apakah Indonesia tanpa diskriminasi telah terwujud. Reaksi pertama yang tidak ku sadari adalah tersenyum, kecut.   Indonesia tanpa diskriminasi belumlah terwujud.

Contoh nyatanya adalah Pemilukada bulan lalu. Isu Sara yang banyak berhembus untuk mendiskreditkan salah satu pasangan. Padahal jika dipikir secara logika dan fakta, agama dan suku, apalagi partai, bukanlah jaminan keberhasilan kepemimpinan seseorang. Yang penting adalah PRIBADI yang bersangkutan MAMPU untuk memimpin. Lagi pula percuma menggulir diskrimiasi tentang SARA di tengah masyarakat yang sudah bosan dikibuli.

Berwacana “Indonesia Tanpa Diskriminasi” tentu sangat mulia. Menghilangkan sekat-sekat sosial dalam masyarakat itu memberi efek menenangkan. Kenapa menenangkan.? Jawabnya sederhana, KEDAMAIAN karena adanya persatuan dan kesamaan pemikiran. Diskriminasi sangat lekat dengan kehidupan sehari-hari kita, entah disadari atau tidak, mau diakui atau diabaikan. Faktanya ini yang terjadi dalam masyarakat dan tidak bisa ditutup-tutupi. 


Namun, Indonesia tanpa diskriminasi bukan tidak mungkin untuk diperjuangkan. Karena fakta lainnya tingkat diskriminasi ini telah berkurang. Tentu ini tidak lepas dari perjuangan para pejuang “Kesetaraan”, seperti Denny Januar Ali, atau nama populernya Denny JA.



Denny JA lahir di Palembang, 4 Januari 1963, mendapatkan gelar Phd dari Ohio State University, Amerika Serikat bidang Comparative Politics. Sepulang dari Amerika, ia ikut memperkenalkan dan mendorong perkembangan riset politik kuantitatif, yang membawa warna baru baik untuk dunia akademis ilmu politik, maupun politik praktis soal Pemilu.

Untuk kiprahnya itu, ia mendapatkan penghargaan 11 rekor MURI (Museum Rekor Indonesia) di bidang akademis, jurnalisme dan konsultan politik. Denny JA mendapat penghargaan Rakyat Merdeka Award Tahun 2006 untuk bidang Political Enterpreneurship. Di tahun yang sama, ia juga mendapat penghargaan Mens Obsession (MO) Award untuk pengembangan demokrasi dengan mempopulerkan survei di arena politik. Di tahun 2007, Denny JA meraih penghargaan dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS Award 2007) atas kontribusinya di bidang riset politik. Di tahun yang sama, Denny JA memperoleh penghargaan dari Masyarakat Ilmu Pemerintahan Indonesia (MIPI Award) untuk kategori pemerhati pemerintahan.

Selain memimpin Lingkaran Survei Indonesia (LSI), Denya JA juga terpilih sebagai ketua umum AROPI (Asosiasi Riset Opini Publik Indonesia) periode 2007-2010. Ia juga anggota WAPOR (World Association for Public Opinion Research). [Source: scriptintermedia]

Indonesia yang murni tanpa diskriminasi itu tantangan, sebuah tantangan yang sudah kita ketahui jawabannya. Yang bisa kita lakukan hanyalah mengurangi tingkat diskriminasi dengan cara  menyadarkan serta memberi pengertian pada masyarakat luas agar lebih peka terhadap perbedaan. Menanamkan sejak dini pada anak cucu kita untuk saling memahami, menjaga dan menghormati satu sama lain. Itulah solusi paling ampuh yang bisa kita lakukan saat ini.

Tidak ada komentar

Harap tinggalkan komentar yang relevan ya teman-teman^^