Kematian merupakan phemutus kenikmatan dunia via |
Dalam film 5cm ada sebuah kutipan “Biarkan mimpimu menggantung dan mengambang 5cm di depan keningmu. Sehingga dia tidak akan lepas dari mata kamu...", tentu tidak ada yang salah mengenai mimpi. Hanya saja, ada satu hal yang ternyata begitu deakt dengan hidup ini, begitu dekat dengan kita, jauh lebih dekat dari 5cm di depan kening, yaitu kematian. Ya, karena kematian merupakan hal yang pasti bagi setiap yang hidup.
Suatu sore saya dikejutkan oleh kabar sedih itu, seorang adik tingkat, seorang adik yang dulu mungkin kami pernah bermain bersama. Seorang adik yang saat lebaran kami masih kumpul-kumpul bersama, dia yang kemarin menolak untuk dijadikan panitia lebaran tahun depan.
Apakah itu
pertanda? Bahwa dia tidak akan bertemu lagi dengan lebaran tahun depan? Entahlah. Yang pasti kabar duka itu cukup
membuat saya terdiam sesaat.
Tapi begitulah
kematian, dia bahkan tidak berjarak dari tubuh kita, bahkan tidak sampai 5cm.
Kematian itu menempel dengan tubuh kita. Yang suatu saat, kapan saja dan dimana
saja bisa pergi, tanpa minta persetujuan, ditunda, apalagi berpamitan.
Buat yang merasa
kematian bukanlah sesuatu yang menakutkan, saya acungi jempol – keren. Karena
artinya kamu sudah siap. Dan orang yang sudah siap setidaknya memiliki kepercayaan diri atas
kwalitas ibadahnya. Sedangkan saya, jujur saya masih takut mati. Artinya
saya belum siap. Saya sadar bekal
saya belum seberapa. Tapi bukankan kematian tidak perduli
dengan kesiapan? Kalau sudah waktunya, mati ya mati saja..
Bicara tentang kematian, beberapa tahun yang lalu,
entah sebuah pertanda atau memang saya yang terlalu takut dengan kematian,
sampai sering bermimpi tentang orang meninggal. Menyaksikan orang-orang terdekat digotong, dimasukan
ke dalam tanah, lalu ditutupi dan kemudian ditinggalkan. Dan orang-orang yang
ada dalam mimpi itu rata-rata masih kerabat. Pernah satu kali,
saya bahkan bermimpi sayasendiri yang meninggal. Rasanya..?? menakutkan.. putus asa, dan hal semacamnya.Terkubur dan sendiri, tidak ada
lagi yang bisa dilakukan untuk memperbaiki
kesalahan dan segala kelalaian yang telah lalu.
Kadang dalam
kehidupan sehari-hari, ketika kita dihadang masalah, kita cukup bersabar dan berusaha
memperbaikinya, seiring berjalannya waktu, masalah itu dengan sendirinya akan
menyingkir. Tapi, kalau sudah mati, tidak ada kata dispensasi. Semuanya harus kita hadapi. Tidak ada kata
ntar atau besok, lalu selesai begitu saja. Ada begitu banyak pertanggungjawaban
yang harus dilalui, dan itu harus kita lakukan sendiri tanpa bantuan orang
lain.
Saya sering bertanya-tanya sendiri tentang kehidupan saya setelah
meninggal bakal seperti apa. Namun kemudian saya hanya bisa istighfar, dan
mencoba menjadi sosok yang lebih dan lebih baik lagi. Sebab satu-satunya yang bisa kita lakukan disisa usia yang mungkin tak lagi
lama ini adalah belajar menjadi pribadi dan hamba yang lebih dan lebih baik
dari waktu ke waktu. Sebab satu-satunya yang bisa menolong kita di alam sana adalah
amal dan perbuatan kita semasa hidup di dunia. Yaitu dengan
berlomba-lomba
dalam kebaikan, sebab kematian begitu dekat dengan kita. Kita bisa mati kapan
saja.
Jika kematian
adalah hal yang menakutkan, setidaknya dengan alasan takut kita akan berusaha menjadi hamba yang semakin baik dalam menghamba. Wallahu’alam.
maksih yah telah di ingatkan akan kematian itu sperti apa dan memang kematian datangnya secara tiba tiba tidak mengenal waktu tempat ataupun bersama siapa kita dan lain sebagainya, dan untuk itu kita harus memperbanyk dan memperbaiki ibdah kita..
BalasHapus