Lagu Anak-anak dan Nasibnya Kini

Beberapa album idola cilik via florakuchiki.files.wordpress.com

Masih ingat betapa ngegemesinnya Tina Toon waktu menyanyikan lagu Bolo-bolo? Permainan mata dan lehernya yang patah-patah menjadi ciri khasnya kala itu. Atau sepenggal pengetahuan yang disampaikan Trio Kwek Kwek lewat lagu Katanya. Semua itu menjadi satu diantara banyak kenangan indah nan tak terlupakan bagi  anak-anak generasi 90an.

Walaupun saya besar di perkampungan terpencil dengan akses media yang terbatas, namun saya bersyukur masih bisa menikmati masa dimana lagu anak-anak mencapai puncaknya. Dengan menumpang di tetangga yang punya tv, kami berkumpul bersama untuk menikmati alunan musik dan mengikuti liriknya dengan gembira.
Nada dan lirik lagu yang gembira, pun makna lagu yang mengajarkan banyak ilmu, menjadikan lagu anak-anak jadi primadona bagi anak-anak kala itu.

Masa keemasan lagu anak-anak waktu itu didukung oleh banyak faktor. Terutama label musik yang berlomba-lomba menerbitka lagu terbaru. Masa itu, lagu anak-anak merupakan ladang emas bagi kebanyakan label. Acara TV juga tak mau ketinggalan. Contohnya Tralala Tralili, Kring Kring Olala, dan Pesta Ceria. Dengan begitu, anak yang punya talenda di bidang musik memiliki media untuk menyalurkan bakatnya.

Sekarang label rekaman anak-anak tak lagi terdengar gaungnya. Alasannya, industri ini tak lagi menjanjikan, tak menguntungkan, kebanyakan justru rugi. Aksi pembajakan yang merajalela, ditambah serbuan digital merupakan penyebab terkuatnya.


Setelah menghilang dari peredaran, lagu anak-anak kini muncul dengan wajah baru

Ada beberapa label dan industri hiburan yang mungkin menyadari akan kebutuhan idola cilik bagi anak-anak masa kini. Terbukti dengan munculnya beberapa idola cilik. Kehadiran mereka cukup menghibur dan memberi harapan. Sebut saja Romaria dengan lagunya “Malu sama kucing” yang sempat ngehits beberapa waktu lalu. Selain itu tidak ada. Lirik dan nada yang ditawarkan tak lagi polos, tak lagi menggambarkan dunia anak-anak. Segmennya semi dewasa dengan mengusung tema cinta-cintaan. Sebut saja The Lucky Laki, atau Cowboy Junior. You knowlah sepak terjang mereka. Matinya label musik anak-anak, membuat anak-anak yang punya bakat dalam olah vocal dan musik tidak tersalurkan. Jika pun ada, kesannya tak maksimal.


Bukan salah anakmu pun keponakanmu jika kamu dibuat terpaku dengan aksi lincahnya mengikuti lirik dan olah tubuh lagu Goyang Dumang, Sakitnya Tuh disini, dan lagu sejenisnya. 

Anak-anak sejatinya rentan terbawa arus. Mereka gampang sekali mengikuti dan meniru apa yang mereka lihat dan dengar. Berhubung sehari-hari lagu semacam itu yang mereka lihat dan dengar, maka tak heran itulah yang mereka tiru. Padahal liriknya tidak cocok bahkan belum mampu dicerna oleh mereka. Kita sebagai orangtualah yang bertanggung jawab memberi filter. Membatasi apa yang pantas dan tidak pantas untuk dikonsumsi anak-anak dan keponakan kita. 



Menyelamatkan Lagu Anak-Anak memberi dampak selarasnya usia anak dengan pola pikir yang sesuai umurnya

Kebutuhan hiburan adalah hak segala usia. Namun alangkah baiknya jika hiburan juga disesuaikan dengan usia penikmatnya. Dalam hal ini anak-anak membutuhkan hiburan sesuai usianya. Usia dimana segalanya tercerna dengan mudah, lalu mengkristal menjadi pola pikir dan perilaku anak-anak. Maka sudah sepatutnya kita memberi ruang untuk lagu anak-anak agar kembali menemani hari-hari anak-anak kita. Agar usia dan pola pikirnya selaras. 

Langkah awalnya dimulai dari rumah masing-masing. Yaitu dengan membatasi anak dan keponakan kita menikmati hiburan yang sesuai umurnya saja. Kedepannya semoga pemerintah juga ikut andil. Mendorong industri musik Indonesia untuk kembali memproduksi lagu anak-anak, dengan lirik yang polos, sarat pengetahuan, dan pesan-pesan untuk berbuat baik. 

Kita patut berterimakasih pada abang tukang odong-odong. Karena dengan speaker yang tertanam di odong-odongnya, lagu anak-anak yang sempat dulu booming diperdengarkan lagi. Segmennya pun pas. Yaitu memberi kegembiraan pada anak-anak sambil dibawa keliling kompleks, atau diayun-ayunkan. Tapi apakah tugas itu harus kita serahkan sepenuhnya pada abang odong-odong? Hahha 


27 komentar

  1. Saya masih ingat cita-cita Susan di obok-obok sama Joshua *loh :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Susan Ria Enes ya Om?
      Susan juga legend-lah buat kite-kite :D

      Hapus
  2. waaah trio kwek kwek idolaku. Dea Ananda. Tapi entah sekarang kok gak ngefans hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mungkin karena udah gak imut mba..qkqk

      Hapus
  3. Anak-anak selayaknya medapat porsi yang cukup untuk menikmati usia kanak-kanaknya termasuk menyanyi dan atau mendengarkan lagu yang pas dan pantas untuk usianya.
    Salam hangat dari Jombang

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yap, setuju Pakde.
      Pengen salam tempel lah kalau dari pakde mah..xD

      Hapus
  4. Sederhana kok sebenernya, lagu anak-anak zaman dulu kan udah tersebar luas tuh di yutub. Tinggal unduh, putar di rumah masing2. Nah..sekarang masalahnya tinggal mau enggaknya kita (termasuk penulis artikel ini) untuk melakukannya. Terus-menerus mengeluhkan nasib lagu anak-anak zaman sekarang nggak menyelesaikan masalah. Karena biar bagaimanapun juga, anak-anak itu mendengarkan apa yang oleh orangtuanya putarkan. Sangat sederhana, bukan?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yep. Sederhana banget. Semoga kita semua dimudahkan untuk mempraktekkannya, mulai dari rumah masing-masing/ :)

      Hapus
  5. Oh..oh..jaman saya bgt itu
    Dulu mah sampe hapal bgt lagu2nya Trio kwek-kwek :D

    BalasHapus
  6. Paling suka sama Trio Kwek Kwek, lagunya enak didengar dan amanat yang tersirat di dalam setiap bait lagunya pun jelas hehehe #SaveLaguAnak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Om, menambah wawasan. apalagi anak kampung macam saya yang gak tau Australi itu dimanah..qkqk

      Hapus
  7. Ah iya, si Abang odong-odong itu jadi punya andil memutar lagu anak-anak ya. Semoga makin banyak orang tua dan kerabat yang peduli dengan lagu anak-anak yang sesuai untuk usia mereka.

    BalasHapus
  8. Haha iya iya, masa nasib lagu anak-anak diserahkan pada Abang odong-odong. Minimal, Abang odong-odong cukup punya andil membumikan lagi lagu anak-anak di era sekarang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya. terimakasih abang odong-odong.. :D

      Hapus
  9. Saya suka lagunya Tasya, lembut dan riang.
    Kini Salfa baru saya ajarkan lagu 1-2-3 yang diubah lirik lagunya ke Islami dikit.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yang penting sesuai sama logika anak2 sih mba. dan yang pasti dapat memperkokoh kepribadian dan pola pikirnya. :)

      Hapus
  10. Oh nooo, Goyang Dumang nich...anakku suka nonton upin ipin dan ada yang mengkreasikan ketika upin nyanyi denan lagu goyang dumaaang, sebel dech.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Duh, Upin Ipin mah godaan banget mbak.. Hhh

      Hapus
  11. Toss mbak Azzura.. Oh iya sebelumnya salam kenal yes :D
    sedih pake banget emang kalo ada anak2 kecil yg dpetin konsumsi lagunya ga sesuai sama umur mereka.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama-sama mba, salam kenal juga.
      Kebanyak seperti itu anak2 sekarang. perih memang. huhhu

      Hapus
  12. Ehhh ada bu dokter maissy.... kalo inget pas jadi artisnya suka geli deh. Sekarang sih beliau jadi dokter yang handal lho

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lucu banget yak waktu kecilnya. eh sekarang teteup imut :D

      Hapus
  13. Aku banget, dengerin lagu trio kwek kwek, meisyi, chikita, eno lerian, pokoknya artis2 cilik itu deh.
    Bersyukur hidup di era jayanya hiburan anak2, kita juga tumbuh sesuai umur. Kasihan sama anak2 kecil jaman sekarang, dewasa terlalu dini

    BalasHapus
    Balasan
    1. Begitulah. Terbawa arus..
      semoga ada alternatif hiburan lain buat anak-anak ini.

      Hapus
  14. Sedihnya lagi orangtua nya justru bangga anaknya bisa nyanyi lagu goyang dumang dan lain2nya :( #SaveLaguAnak, #SaveOurChildren'sFuture

    BalasHapus

Harap tinggalkan komentar yang relevan ya teman-teman^^