Pulau Pisang, Sepotong Syurga di Sudut Lampung




Bicara tentang pesona Indonesia takkan ada habisnya. Hamparan alamnya yang memesona, pantai yang membuat rindu serta pegunungan yang bak candu. Belum lagi khasanah adat budaya dari masing-masing daerah. Ditambah kekayaan kuliner yang selalu menggugah selera. Maka ada banyak alasan mengapa Lampung pantas bergelar The Treasure of Sumatera. 


Seperti semboyannya “Sang Bumi Khua Jukhai - Sang Bumi Rua Jurai”, yang berarti Satu Bumi Yang Serba Dua. Memiliki makna, Lampung memilik 2 Adat dan dua bahasa asli. Yaitu adat Lampung Pepadun dengan bahasa Lampung dialek O, dan adat Lampung Pesisir/Sai Batin dengan bahasa Lampung dialek “A”.  Selain itu Lampung terdiri dari dua macam penduduk, yaitu penduduk asli lampung, dan penduduk pendatang. Pendatang terbanyak dari Jawa, selebihnya dari pulau Sumatera sendiri. Palembang, Padang, Jambi, Medan, Aceh, Riau. Oya, ada juga dari Bali.



Keberagaman asal masyarakat yang tinggal di Lampung menyebabkan beragamnya jenis kuliner, agama, dan kebudayaan yang dikenal. Ditambah Lampung merupakan pintu gerbang pulau Sumatera melalui pelabuhan Bakauheni. Tentu ini menjadi magnet tersendiri bagi Lampung, sebagai garda terdepan bagi pulau Sumatera. 

***
Selain dimanjakan oleh wisata budaya, pengunjung yang datang ke Lampung juga akan dimanjakan oleh pesona alamnya yang memikat. Terutama wisata pantai.
Nah bicara tentang pantai tentu tidak lengkap jika tidak menyertakan pantai Pulau Pisang. Letaknya di penghujung Lampung, tepatnya di Krui ,Kabupaten Pesisir Barat (Daerah otonomi - pemekaran dari Kabupaten Lampung Barat). Belakangan pulau ini mulai dikenal secara luas.

Pulau Pisang dari pelabuhan Way Tembakak [Dok Pribadi]



Pulau ini bentuknya memanjang, mungkin karena itu ia dinamakan pulau pisang. Lautannya yang biru membuat hati siapa saja mendadak bergembira.

Istimewanya pulau ini memiliki dua jenis pantai. Yaitu pantai dengan pasir putih yang halus di sebelah arah bangunan dermaga. Dan dibagian lainnya pantai karang, lengkap dengan beberapa karang yang menjulang tinggi. Rasanya waktu sehari tidak akan membuat puas untuk menikmati pulau ini. 

Letaknya yang lumayan tersembunyi membuat pulau ini masih terbilang asri, terbukti dengan banyaknya ikan di laut dangkalnya. Saya sendiri tidak bisa menyembunyikan decak kagum ketika melihat para nelayan mendapat ikan yang lumayan banyak, padahal mereka hanya menjala seadanya tepat di dekat perahu-perahu ditambatkan. 

Untuk bisa menikmati kemolekan pulau secara menyeluruh kita bisa menaiki salah satu tower yang ada di pulau ini. Dari atas tower ini kita bisa saksikan sebuah pemukiman yang hijau nan asri, pasir putih, laut yang biru, dan bebukitan yang mengelilinginya. Bak sepotong syurga yang tersembunyi. Its heaven. 









Pulau Hijau Nan Ramah

Sebagian pulau ini merupakan kebun kelapa, diselingi kebun cengkeh yang mulai berbuah. Sebelumnya, pulau ini merupakan penghasil cengkeh dengan kwalitas yang tak diragukan lagi. Namun sebagaimana kita ketahui bersama, puncak kejayaan cengkeh itu berakhir pada tahun 90an karena suatu wabah penyakit yang tak mampu diatasi oleh para petani cengkeh. Sejak saat itu banyak penduduk yang meninggalkan pulau ini, merantau. Mencari kehidupan yang lebih baik dan lebih menjanjikan. Lama-kelamaan semakin banyak rumah yang ditinggalkan kosong begitu saja. Ada yang masih kembali, namun tak sedikit yang akhirnya tak kembali lagi.

Rumah yang ada di pulau pisang umumnya berbentuk rumah panggung, rumah tradisional Lampung.

Uniknya, hampir di setiap rumah penduduk ada pohon kelor. Pohon yang dapat dimanfaatkan buah dan daunnya sebagi lauk. Saking banyaknya, malah kebanyakan kelor itu dibiarkan begitu saja matang di pohon, lalu terbuang. Padahal, kelor merupakan panganan yang lezat, pasti laku kalau dijual keluar pulau. Atau buah yang matang itu diolah, saya dengar biasa diolah sebagai bahan obat.




Akses dan Akomodasi

Untuk sampai ke pulau ini tidaklah terlalu sulit. buat yang dari Jakarta bisa menumpang Bus arah Bengkulu, bis ini lewat pas di depan dermaga penyeberangan ke Pulau Pisang. Jadi tak perlu repot berganti-ganti kendaraan.
Nah kalau dari Bandar Lampung bisa menumpang bis Krui Putra atau Mertasari yang arah Krui. Bis mulai berangkat jam 7 Pagi, dan biasanya bis terakhir hanya sampai jam 9 Pagi.. Turun di pemberhentian terakhir bis, pasar Krui. Ongkosnya berkisar sekitar Rp 60.000,-/Orang. Selanjutnya perjalanan bisa dilanjut dengan naik ojek, dengan jarak tempuh sekitar 1 - 1,5 jam. 

Alternatif lainnya naik mobil travel. Travel yang menuju Krui ini banyak, bahkan sampai malam. Ongkosnya biasanya 2x lipat ongkos bis Krui Putra. Wort it. Sebab bisa menghemat waktu tempuh, dan bisa minta diantar langsung ke dermaga. Jadi tak perlu repot nyari kendaraan sambungan.

Jika memutuskan naik kendaraan pribadi pastikan kendaraan kamu dalam keadaan baik, dan setidaknya mengerti medan jalan yang bakal di tempuh. Sebab sebelum memasuki kawasan TNBBS (Taman Nasional Bukit Barisan Selatan), kita harus melewati tanjakan yang cukup curam, yaitu tanjakan Sedayu.


***
Sebenarnya ada dua alternatif untuk mencapai pulai ini. Yaitu dari dermaga Krui, dengan waktu tempuh sekitar 1 jam, terombang ambing di lautan. Saya sendiri lebih memilih nyeberang dari dermaga Way Tembakak, dengan waktu tempuh sekitar 15 menit saja. Sampai di dermaga cukup katakan mau ke pulau. Biaya sekali jalan 15.000/orang. 

Kalau tidak berniat bermalam di pulau, pastikan kamu ke galangan perahu sebelum jam 2 siang. Jadwal resminya begitu. Jam 2 siang merupakan jadwal terakhir penyeberangan. Lewat dari itu kita akan dikenakan biaya sewa yang mencapai 400-500 ribu per kapal.
Tapi berharap saja ada penduduk sekitar yang masih ada keperluan nyeberang, seperti mereka yang baru pulang dari pasar krui dan semcamnya. Kita bisa ikut.

Untuk bermalam di pulau ini, bisa nenda atau mencari rumah yang menyewakan kamar. Tak sulit. Tinggal tanyakan saja. Penduduk di sini ramah-ramah kok. Jangan khawatir masalah bahasa. Meski sehari-hari mereka menggunakan bahasa Lampung, mereka tentunya jago bahasa Indonesia juga. 

Sesekali, kalau lagi beruntung, kita bisa menyaksikan rombongan ikan lumba-lumba. Meloncat kesana-kemari. Pastinya ini sangat menyenangkan. Tak semua pulau di Indonesia memiliki atraksi istimewa seperti ini.

Oya, pengunjung di pulau ini tak hanya wisatwan domestik, namun banyak juga wisatawan mancanega. Turis mancanagera berseliweran di Krui bukanlah hal baru. Sudah ada sejak sepuluh tahunan lalu. Ini karena Krui memiliki kriteria ombak terbaik di dunia untuk surfing. 




Harapan

Sebagi salah satu putera daerah Krui, saya berharap pemerintah lebih memerhatikan perkembangan wisata di Krui, khususnya Pulau Pisang. Saya yakin jika dikelola dengan baik, disediakan  sarana dan prasarana yang mumpuni, pulau ini akan menjadi salah satu wisata unggulan Lampung. Akan lebih baik lagi seandainya di pulau ini dibuatkan sebuah dusun yang dilatih untuk mengembangkan berbagai keterampilan, misal menggalakkan kembali kegiatan menapis, souvenir bercorak tapis dan sejenisnya. Ini akan menjadi salah satu alternatif bagi wisatawan.

***


Wisata Lampung

Pariwisata Lampung kini memasuki era baru. Sebaru apa? Haha

Tagline wisata Lampung kini adalah, Lampung, The Treasure of Sumatera. Dan salah satu perhelatan akbar pariwisata Lampung, Festival Krakatu yang akan diadakan pada tanggal 24 - 28 Agustus 2016. Info lengkap silahkan kunjungi www.lampungkrakataufest.com

Lampung Krakatau Festival 2016 (LKF) dengan mengusung tema “Jelajah Pesona Krakatau” memliki 5 (lima) konten acara utama yaitu
1. Jelajah Pasar Seni (24-28 Agustus 2016) di Mal Boemi Kedaton,
2. Jelajah Layang-Layang (25-26 Agustus 2016) di PKOR Way Halim,
3. Jelajah Rasa (26-28 Agustus 2016) di Lapangan Saburai,
4. Jelajah Krakatau (27 Agustus 2016) di Gunung Anak Krakatau,
5. Jelajah Semarak Budaya-Parade (28 Agustus 2016) di Tugu Adipura dan Jelajah Semarak Budaya-Investor Summit (28 Agustus 2016) di Hotel Novotel.



Sepanjang sejarah perhelatan Festival Krakatau, saya belum sekali pun mengikutinya. Beberapa kali berupaya ikut, namun gagal. Kali ini besar harapan saya bisa bergabung dalam perhelatan ini. Menjadi salah satu kru yang diundang pasti menyenangkan, karena pastinya ada akses-akses khusus. Dengan demikian ada lebih banyak hal yang bisa saya bagikan kepada khalayak, untuk mengunjungi Lampung.





Tulisan ini diikutkan dalam lomba blog Lampung Krakatau Festival.

13 komentar

  1. wah lampung juga indah ya, itulah indonesia kaya raya denagn keindahan alamnya

    BalasHapus
  2. wah serunya bisa keliling lampung ;)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ayo Kak ke Lampung. Festival Krakatau bulan ini sayang kalau dilewatkan. :D

      Hapus
  3. wah, naik ojeknya lama juga ya ampe 1,5 jam ... tp klo pemandanganya indah kyk gini sih worth it lah ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Itu opsi yg paling lama. Bisalah 1 jaman kalau meu ngebut buutt buutt..hihii

      Hapus
  4. Kalo inget lampung yang ada diotak gw malah bakso sony hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Kak, Bakso Sony emang khas banget yak. Saya aja berasa belum pulang kalau belum makan Bakso Sony. :D

      Hapus
  5. Wah kayaknya Festivalnya baru tahun ini ya ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tahun ini menginjak perhelatan yang ke-26, Kak.
      Ayok ramaikan.. :D

      Hapus
  6. Jadi inget keripik pisang coklat tiap ingat lampung

    BalasHapus
  7. hehe, itu sih yang khas. dan gampang buat dibawa sebagai oleh-oleh. :D

    BalasHapus
  8. bagus ya gambar vector logo lampung sai nya

    BalasHapus

Harap tinggalkan komentar yang relevan ya teman-teman^^