Formula Menulis Reportase A La Blogger Reporter

Peserta #InHouseTrainingBRID (via fb Mas Hazmi)

Media sosial berkembang bak anak panah seiring semakin majunya dunia teknologi. Demikian juga dengan dunia blogging. Bahkan blogger kini memiliki tempat tersendiri dalam tatanannya.

Dan fakta bahwa sebagian besar yang mempengaruhi seseorang dalam membeli sesuatu adalah blogger, maka banyak brand yang mulai melirik blogger sebagai mitra branding. Ini karena seorang blogger punya bahasa sendiri dan cenderung tidak baku dan kaku. Kebanyakan tulisan juga berdasarkan pengalaman si blogger sehingga lebih mudah mengenai sasaran.


Melihat peluang itupun banyak blogger bermunculan. Tentunya dengan berbagai "kepentingan". Entah itu ngeblog hanya sebatas menyalurkan hobi menulis, atau memang sengaja untuk menjaring rupiah.

Pada dasarnya apapun niat di baliknya, yang penting mengedepankan attitude dalam menjalaninya. Hal ini senada dengan tema yang diangkat dalam In House Training BRID, yaitu "Menulis Reportase A La Blogger Reporter" yang dilaksanakan pada Sabtu, 28 Januari 2017 lalu di Wisma Riat, Jl. Pengadegan utara No. 14 Cikoko, Pancoran Jakarta Selatan.
Blogger Reporter Indonesia (BRID) sebagai salah satu wadah berkumpulnya para blogger, ingin agar para blogger tetap memperhatikan kaidah kepenulisan, dan sikap ketika melakukan reportase atau menghadari suatu undangan. Hal ini agar blogger tidak dipandang rendah dan dianggap sejajar dengan media mainstream yang sudah ada.


***

Saya berangkat lumayan pagi karena sadar harus menempuh jarak yang lumayan jauh ditambah saya belum pernah sekalipun menyambangi “markas” BRID. Jadi, misalpun nyasar nantinya tidak telat-telat banget. Dari grup FB saya mendapat petunjuk bahwa lokasi acara tidak jauh dari Halte atau Stasiun Cawang. Tapi sampai di stasiun Cawang saya bingung menentukan arah. Ditambah hujan mulai turun. Tak kehabisan akal, saya akhirnya menggunakan Google Maps. Dan untungnya akurat. Wkwk 

Sampai di lokasi saya melihat beberapa teman blogger sedang ngobrol santai di beranda, menandakan bahwa acara belum dimulai. Tak menunggu terlalu lama akhirnya acara dimulai dan dipandu oleh Mba Hanni yang memiliki perawakan mungil dan manis, pas dengan suaranya yang lembut. Ditambah suasana agak gerimis, membuat suasana adem bak kumpul keluarga. Hahha


Sebagai pembicara pertama dari Brid ada Mas Hazmi Fitriyasa (Founder BRID), atau dikenal juga dengan nama Hazmi Srondol. Entah apa arti kata “Srondol”. Kalau pengen tau tanyakan saja langsung sama orangnya. Namanya sudah tidak asing di telinga para blogger karena beliau merupakan salah satu blogger hitz yang punya segudang prestasi. 

Dalam kesempatan ini Mas Hazmi mengatakan bahwa, flatform itu semakin lama semakin berkembang, yang awalnya berupa media cetak dan biasanya dikuasai oleh media-media besar. Namun kemudian muncul flatform blogspot, wordpress dan multiply (sebelum almarhum). Dengan begitu ruang untuk memberikan reportase semakin terbuka.

Dan dalam perjalanannya kita menemukan bahwa blogger punya kekuatan yang sangat dahsyat, yaitu Twitting, Posting, Linking. Karena biasanya, ketika blogger menghadiri suatu acara dia akan melakukan twitting, dengan hastag tertentu dan mention akun tertentu. Selesai acara dilanjutkan dengan posting yang kemudian link dari postingan itu kembali disebarkan melalui media sosial.



Nah selanjutnya acara diisi oleh Teh Ani Berta selaku Co Founder Brid. Sebagaimana Mas Hazmi, Teh Ani juga sudah banyak makan asam garam dunia blogging dan memiliki segudang pencapaian di bidang ini. Beliau mengatakan bahwa untuk mencapai itu semua tidaklah instan dan kuncinya adalah sabar.

Dalam kesempatan ini, Teh Ani menyampaikan tips menulis reportase a la blogger. Reportase sendiri memiliki pengertian kegiatan mengumpulkan informasi, data , survey dan pernyataan narasumber atau khalayak ramai. Sehingga apa yang disampaikan nantinya sesuai fakta yang dilihat dan disaksikan.




Ciri Reportase Blogger 

Tidak sepenuhnya terikat pakem jurnalistik. Tidak harus kaku mengikuti EYD dan bahasa formal.

Bahasa personal, yaitu gaya bahasa pribadi yang tidak kaku sehingga pembaca tidak malas dan bosan membacanya. Namun demikian tetap tidak boleh menggunakan bahasa alay, tetap sewajarnya dan tidak mengada-ada.

Tidak dibatasi, bisa menceritakan laporan secara detail. Umumnya reportase berkisar antara 800-1000 kata. Jika lebih dari itu dikhawatirkan pembaca malah bosan. Karena blog merupakan milik pribadi, sah saja memasukkan foto sebanyak-banyaknya bahkan jika itu foto selfie. Namanya juga milik sendiri. 

Self Editor, seorang blogger harus bisa mengecek kembali tulisannya sebelum dipublish. Apakah data yang dimasukkan sudah sesuai atau belum. Termasuk juga mengoreksi kemungkinan adanya typo.

Self Promote, setelah mempublish tulisannya, selanjutnya adalah mempromisikan tulisannya lewat media sosial seperti twitter, Fb, Ig atau g+. Teh Ani mengingatkan agar postingan yang sudah kita tulis tidak diperem sendiri, karena tujun kita membuat postingan adalah agar dibaca orang lain. Lewat Self Promote ini juga dapat jadian acuan suatu bran untuk melihat keatifan seorang blogger. 


Agar hasil reportase bisa maksimal, usahakan untuk memiliki alat perang seperti ini, tujuannya pasti udah tau kan? 





Tips Menulis Reportase A la Blogger

Selanjutnya Teh Ani menjabarkan tipsnya dalam menulis reportase a la blogger yang sudah dipraktekkannya selama ini.

5W 1H : (What, Who, When, Why dan How) yang diharapkan disampaikan dengan gaya bercerita. Story telling akan membuat pembaca terbawa dalam suasana yang dituliskan.

Sisipkan kalimat aktif, bisa berupa pernyataan narasumber, pengisi acara atau kutipan dari sumber lainnya yang masih relevan.

Tidak salah penulisan gelar nara sumber dan pengisi acara. Nama narasumber dan MC dalam suatu acara merupakan hal penting agar tulisan jelas dan lengkap. Perhatikan jalannya acara secara seksama, ikuti sesuai press release, searching atau tanyakan pada pihak penyelenggara.

Sebelum menulis sebuah reportase acara, mulailah melakukan riset kecil-kecilan sebagai bahan komparasi atau verifikasi data yang benar.

Live Tweet. Walaupun tidak ada kompensasi atau tidak dilombakan, biasanya pihak penyelenggara akan senang jika kita melakukan live tweet. Ini juga berguna sebagai arsip sebagai acuan ketika menuliskan reportase. Buat hastag tertentu agar arsip mudah ditemukan.

Multitasking. Melakukan pengambilan foto, menulis poin-poin wawancara, video dan live tweet secara bersamaan. Jika sudah terbiasa hal ini akan menjadi nilai lebih bagi seorang blogger.



Ketika blogger diundang ke suatu acara kadang diberikan press release yang bertujuan sebagi acuan dalam menulis reportase. Namun demikian blogger sebaiknya tidak berpatokan pada press release sebab fungsinya bagi blogger hanya sebagai;

Press release bagi seorang blogger hanya sebagai acuan melihat nama dan gelar narasumber acara, sejarah brand, dan intisari acara.

Sebab reportase seorang blogger harus sesuai pengalaman, sesuai apa yang dilihat dan didengar ketika acara. Jangan lupa wawancara narasumber agar tulisan kita berbeda dari tulisan blogger lainnya. Saya sendiri kadang minder ketika harus wawancara narasumber apalagi jika di situ ada wartawan dari media tertentu. Duhh..duuhh.
Namun Teh Ani mengingatkan bahwa blogger tidak perlu minder dengan media besar, karena blogger juga merupakan bagian dari penyebar informasi, yang artinya berhak juga untuk mendapatkan hasil liputan terbaik.


Etika di Kegiatan Reportase

Tak hanya sampai di situ, Teh Ani juga mengingatkan bahwa blogger harus menjaga etika ketika menghadiri suatu undangan. Diantaranya: 

Hadir tepat waktu: jika jarak rumah dengan lokasi acara lumayan jauh, maka usakan bernagkat lebih awal. Aaiihh, berati saya udah benar dong yak. Apalagi mempertimbangkan kemungkinan nyasar. Hahha

Menyimak jalannya acara. Tidak asik sendiri, atau ngobrol dengan teman sekelompok. Hal ini justru akan merugikan si blogger. Selain tidak mendapatkan informasi masi tentang acara, dikhawatirkan nantinya bakal “ditandain”. Nah lhooo..

Menyampaikan pertanyaan. Pertanyaan juga harus relevan, singkat, padat, dan jelas. Ketika yang diundang tidak hanya dari kalangan blogger, sebaiknya blogger memberi kesempatan kepada audience lain untuk bertanya.

Kesimpulan. Dengan membuat reportase yang bermanfaat baik bagi pengundang maupun pembaca blog kita.

***

Apa yang disampaikan dalam #InHouseTrainingBRID rupanya lumayan menghipnotis. Terbukti dengan berjalannya waktu yang tak terasa sudah memasuki jam makan siang. Sebagai menu makan siang kami, sudah ada tumpeng dari Jakarta Nasi Tumpeng yang berhasil membuat saya super ngiler bahkan dari tampilannya.



Mas Mohamad Wahyu Vidyanto atau biasa disapa Mas Vidy, hadir sebagi founder Jakarta Nasi Tumpeng. Dipilinya nasi tumpeng sabagai salah satu bentuk kontribusinya dalam  menjaga tradisi Indonesia agar tidak tergerus jaman. Apalagi pada dasarnya nasi tumpeng sering disediakan pada acara-acara tertentu, namun untuk mendapatkan agak sulit. terutama di kota besar seperti Jakarta.

Walaupun nasi tumpeng pada dasarnya kebanyakan ditemui di daerah Jawa, Jakarta Nasi Tumpeng menyesuaikan dengan cita rasa orang Jakarta. Jakarta Nasi Tumpeng sendiri sudah berjalan satu tahun. Dan sebelum terjun dalam bisnis ini, Mas Vidy tahu betul apa yang harus ia lakukan agar usahanya ini maju dan bertahan lama. Yaitu dengan menerapkan 5 konsep berikut:

Optimasi SEO, sehingga web usaha kita mudah ditemukan.

Landing page yang dibuat semenarik mungkin sehingga pengunjung tertarik untuk melakukan pemesanan.

Customer Service, semakin baik CS memperlakukan pelanggan atau calon pelanggannya maka kemungkinan repeat order bukan hal mustahil.

Produk, usahakan agar produk itu mengundang pelanggan untuk memesan kembali. Bisa dikatakan produk salah satu hal penting dalam bisnis kuliner. Mulai dari rasa, bentuk, dan tampilan yang menggugah selera. 

After Sales Service, agar terjalin kedekatan dengan pelanggan sehingga memungkinkan si pelanggan kembali. Pastikan produk usaha kita meyakinkan dan memuaskan pelanggan. Sehingga adanya after sales service nantinya tidak jadi pedang bermata dua. Jangan lupa untuk memposisikan diri sebagai customer agar kita tahu apa yang pembeli inginkan.

Pada dasarnya orang Jakarta tidak masalah dengan harga yang sedikit mahal asal pelayanan yang diberikan memuaskan si pelanggan. Mas Vidy sendiri memegang prinsip "Jika bisnis mau hidup maka terus maintanance pelanggan lama, jika ingin kaya maka cari pelanggan baru”.


Kabar gembiranya, Jakarta Nasi Tumpeng memberikan layanan Free Delivery. Baik banget yak. Kemarin itu saya ngiler banget sama Jakarta Nasi Tumpeng ini bahkan sebelum saya mencicipinya. Mulai dari bentuk dan hiasannya yang bikin mata berbunga-bunga, aromanya, dan isiannya yang super komplit. Kalau teman-teman penasaran, langsung cuss aja tanya-tanya ke nomor 0812-9430-9199 atau liat webnya disini https://jakartanasitumpeng.com/









Akhir kata, terimakasih kepada Brid yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat ini. Tidak hanya untuk saya/kami yang hadir, tapi juga buat teman-teman blogger lain yang belum bisa hadir.Semoga bisa hadir di #InHouseTrainingBRID yang kedua. Agar pengetahuan yang cetek ini terupgrade. Syalalala..

9 komentar

  1. Terima kasih reportasenya Mba azzura, semoga dapat hadir di inhouse training selanjutnya yaa. :)

    BalasHapus
  2. Aihh kerenn lengkap banget ulasanya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahah..
      Tapi ngaret banget nih mba. Nyari wangsitnya lama. wkwk

      Hapus
  3. Cakeeep, informasi nya bermanfaat banget untuk saya yang masih belajar.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, syukurlah mba. semoga bisa tetap berbagi yaaa.. hehe

      Hapus
  4. Terima kasih sudah hadir di acara ini Mba :)

    BalasHapus
  5. Lengkap banget nih infonya, jadi bisa ikutan belajar nih.

    BalasHapus
  6. Bermanfaat banget ini xD apalagi buat saya yang baru terjun ke dunia blogger. Makasih Mbak

    BalasHapus

Harap tinggalkan komentar yang relevan ya teman-teman^^