Perjuangan menjadi orang tua,
dan lika liku menjadi seorang ibu. Ternyata gitu, ya? Berat.
Tapi, saya pernah membaca sebuah
quotes begini “Jika mudah, tak diletakkanNya surga di telapak kaki ibu". Dan quotes
ini lumayan membuat semangat saya membaik.
Jadi gini, dalam proses
persalinan kemarin, saya sempat patah hati. Sebab tidak ada sedikitpun firasat atau tanda
adanya masalah dengan kandungan saya. Semua terasa normal dan baik-baik saja. So,
nggak salah dong kalau saya berharap kelak lahiran secara normal. Lahir bathin
sudah saya persiapkan untuk lahiran normal ini.
Di benak saya, kalau pun harus
melewati proses persalinan secara caesar, itu karena dalam proses kelahiran
normal ada kendala. Misal bayi sungsang, masalah tali pusar, atau pembukaan
yang nggak nambah setelah sekian jam.
Lalu pagi itu saya bangun dan
kaget merasakan air yang mengalir deras dari jalan lahir. Bukan kencing
melainkan air ketuban. Karena sebelumnya saya sudah diberi tahu bidan ciri-ciri
ketuban, jadi langsung ngeh kalau itu air ketuban. Menuruti instruksi bidan,
jika ada masalah dengan air ketuban segera datang ke klinik. Apapun kondisinya.
Maka pagi itu setelah menunaikan
sholat shubuh saya langsung ke klinik. Sesampainya di sana langsung dilakukan
pemeriksaan dalam. Hasilnay diketahui bahwa saya sudah pembukaan satu. Artinya,
pasti akan segera lahiran. Sampai saat itu saya masih berharap bisa lahiran
secara normal.
Namun setelah diobservasi oleh
bidan senior di klinik tersebut, beliau langsung merujuk saya ke rumah sakit. Dan,
dirujuk pun saya tidak berpikiran yang aneh-aneh. Masih berharap bisa
melahirkan secara normal. Kenapa saya begitu berharap bisa melahirkan secara
normal? Karena, saya rasa itu impian setiap ibu.
Sampai di
rumah sakit, setelah memperlihatkan surat rujukan, pihak rumah sakit langsung
memvonis saya harus melahirkan secara caesar (Seksio Caesarea). Duniaku serasa
runtuh seketika itu juga. Duh, agak lebay ya? Tapi ya begitulah.
Tapi tunggu dulu, saya masih
bertahan. Bukankah seharusnya pihak rumah sakit melakukan observasi terlebih
dahulu? Cek USG, cek pembukaan. Bagaimana kondisi bayi, seperti apa ketuban
yang masih tersisa. Jika pun mentok, setidaknya bisa dilakukan induksi. Mengapa
mereka ujug-ujug menyuruh saya melakukan persalinan secara caesar?
Alhasil 2 jam berlalu dengan
kengototan saya untuk dilakukan observasi terlebih daulu sebelum mereka meminta
saya untuk melahirkan secara caesar. Tapi , duh, mau ngomong seperti apapun
saya, keputusan mereka tetap caesar. Saya gedek, mereka juga gemas melihat saya
yang keras kepala ini.
Pada akhirnya saya menyerah. Karena
hari semakin siang tapi belum ada rasa mules, pembukaan tidak bertambah (mereka
akhirnya melakukan pemeriksaan dalam setelah saya desak untuk melakukan
observasi terlebih dahulu). Selain itu air ketuban juga semakin banyak dan
deras saja keluarnya. Selama ngotot 2 jam sebelumnya sebenarnya saya khawatir
dengan kondisi janin di dalam perut saya. Bagaimana jika..jika..dan jika..
Pendek kata akhirnya saya
melahirkan secara caesar. Setelah dibujuk dan diyakinkan oleh suami, saya menyerah.
Menjelang jam 1 siang akhirnya bayi laki-laki mungil itu lahir dengan selamat. Rasanya
haru sekali saat mendengar tangisan pertamanya, saat dia didekatkan dengan
saya.
Perjuangan ternyata tidak hanya
sampai di situ. Setelah menginap selama 3 malam di rumah sakit akhirnya saya
diperbolehkan pulang. Hari-hari penuh perjuangan selanjutnya harus saya lewati.
Selain pemulihan bekas operasi caesar
tersebut, saya merasa badan ini tiba-tiba menjadi begitu payah. Badan gampang
gatal, lutut nyeri setiap mau duduk atau berdiri bahkan hingga saat ini. Selain
itu, badan rasanya cepat pegal dan lelah.
Semua itu sempat membuat saya merasa
lelah secara jiwa. Ditambah ASI yang tak kunjung lancar.
Tapi setiap kali melihat wajah
si anak bayi yang mungil itu, memompa semangat saya untuk Live To The Max. Saya
ingin menemani masa-masa awalnya secara maksimal. Ingin segera pulih baik
secara fisik maupun mental. Iya, saya sempat down dengan kondisi saya tersebut. Terutama perkara ASI.
Untuk membantu pemulihan tubuh,
saya mengkonsumsi multivitamin Theragran-M. Vitamin yang bagus untuk
mempercepat masa penyembuhan dan mengembalikan daya tahan tubuh.
Saya sadar betul akan peran dan
tanggung jawab yang sekarang saya emban butuh fisik yang sehat. Karenanya saya
merasa mengkonsusmi multivitamin merupakan langkah yang tepat.
Sekarang saya tahu, perjuangan
seorang ibu itu seperti apa. Tidak cukup hanya sampai pada proses melahirkan
lalu semuanya selesai. Masih ada perjuangan dalam masa pemulihan badan pasca
melahirkan, kurang tidur, gampang baper #eeeeaaa..haha
Ketika kita sehat, maka insya
allah kita dapat maksimal dalam mengasuh titipan yang allah percayakan pada
kita, anak-anak.
Semoga selalu sehat, ya Maks.
Kalau melihat kondisi mbak yang air ketubanya deras namun pembukaan masih awal, memang operasi langkah yang tepat, karena jika kekeringan bisa mengancam nyawa bayi mbak didalam
BalasHapus